Pesan

Pertanyaan

Terima kasih telah singgah di blog ini.

Silakan bertanya mengenai pengalamanku bekerja sebagai penerjemah di kolom komentar di bawah.

Mohon jangan menganggap aku serba tahu sehingga dirasa pantas dimintai urun pendapat dalam pengambilan keputusan penting dalam hidup seperti memilih jurusan kuliah dan keputusan penting lainnya. Aku hanyalah pekerja teks komersial biasa.

42 tanggapan untuk “Pertanyaan”

  1. Selamat pagi, Mbak Dina. Saya ingin mengajukan beberapa pertanyaan sebagai berikut:

    1. Menurut Mbak Dina, seberapa besar pengaruh pandemi COVID-19 ini terhadap industri penerjemahan di Indonesia? Misalnya apakah terjadi penurunan jumlah order yang signifikan?

    2. Selain ingin menggeluti penerjemahan novel, saya ingin berkecimpung dalam industri penerjemahan internasional. Spesialisasi (dari Proz) yang ingin saya garap adalah General/Conversation/Greetings/Letters dan Business/Commerce (General). Namun, pengalaman saya dalam menerjemahkan sejauh ini hanya berlatih terjemahan novel (untuk penerbitan dalam negeri), artikel dari internet untuk teks nonfiksi, serta menjadi kontributor TED dan Wikipedia.

    Saya berpikir bahwa latihan yang saya jalani kurang relevan dengan spesialisasi tujuan saya, sementara saya tidak ada pengalaman bekerja dalam bidang tersebut (seperti menangani berkas-berkas perusahaan)–karena saya ingin langsung terjun ke penerjemahan. Dulu saya sempat kuliah jurusan Agribisnis, tetapi karena ada suatu masalah pribadi, saya tidak menamatkannya. CAT Tools yang saya “kuasai” (minimal bisa sampai ke hasil jadi tanpa fitur-fitur seperti “fuzzy translation”, dll.) hanyalah Wordfast trial dan Trados yang… “tidak berbayar”. CV saya terlihat tidak menarik dan yang bisa saya tawarkan adalah sampel terjemahan.

    Pertanyaannya, apakah bijak jika saya mulai melamar kepada agensi-agensi internasional berdasarkan keadaan saya di atas (dalam waktu dekat hingga tahun ini)? Jika tidak, langkah apa (untuk memoles CV) yang bisa saya tempuh agar dapat mencapainya?

    Konsekuensi yang terpikir oleh saya antara lain: (a) menawarkan tarif yang minimum atau bahkan kurang (dari situs Proz, pasangan EN-ID memiliki **tarif rata-rata minimum** sebesar US$0.08/kata). (b) reputasi jatuh sesaat menyelesaikan pekerjaan pertama (jika ada) ketika ternyata terjemahan saya masih substandar.

    *

    Terima kasih.

    1. Salam Mas Fahmi,
      Pertanyaan Anda berat-berat dan aku tidak yakin bisa menjawabnya.
      1. Aku tidak tahu, karena belum pernah mengalami ini.
      Mengenai penurunan pekerjaan, beberapa waktu yang lalu mas Ade Indarta mengadakan jajak pendapat di grup HPI Facebook, dengan hasil sebagai berikut: https://dinabegum.files.wordpress.com/2020/05/untitled.jpg

      2. Silakan dicoba, bila tidak mencoba Anda tidak akan tahu bagaimana hasilnya. Bila dirasa pengalaman Anda kurang, perbanyaklah mengumpulkan pengalaman.
      Harap diingat juga, dengan kehidupan “normal” baru seperti saat ini, kemungkinan profesi penerjemah sangat diminati orang, terutama oleh para tenaga profesional terlatih serta memiliki kemampuan bahasa dan yang terimbas. Ini membuat persaingan menjadi semakin ketat.

      1. Terima kasih Mbak Dina atas jawabannya. Saya juga akan coba mendaftar ke grup Facebook tersebut. Setelah riset, memang dengan latar belakang yang serupa dengan saya butuh usaha super ekstra agar bisa menembus agensi-agensi. Saya akan berusaha lebih tekun.

        1. Semoga sukses, Mas. Betul, kita yang tidak memiliki latar belakang pendidikan yang sesuai dengan profesi memang harus berusaha ekstra keras.

  2. Dari ruang obrolan Webinar 2 Mei 2020:

    01:07:54 Agustina Dewi Santi: Bu, mohon penjelasan tentang untranslatable text itu seperti apa contohnya? dan baiknya apa yang harus dilakukan jika menemui untranslatable text? Terima kasih
    ——————————-
    Setelah acara selesai dan kegugupan reda, baru aku teringat cerita mendiang bunda Maria Sundah saat menceritakan pengalaman menerjemahkan kata “kalis” dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa Inggris. Rupanya, kata itu tidak ada padanannya dalam bahasa Inggris, sehingga beliau mengakalinya seperti di tulisan ini: https://dinabegum.com/2013/03/13/menerjemahkan-cita-rasa/

  3. Mbak Dina, saya ingin bertanya. Bagaimana proses pembuatan kontrak hingga disetujui kedua pihak (penerjemah dan klien langsung)? Apakah harus secara fisik (tanda tangan dan materai) atau bisa dalam bentuk lain?

    1. Bisa secara langsung bisa tidak.
      Jika telah terjadi kesepakatan mengenai tenggat, pengiriman materi (melalui email atau pos jika materinya tercetak), pengiriman hasil terjemahan, dan honor, pihak pemberi kerja membuat surat kesepakatan bersama. Ada yang mengirimkan dokumen tercetak lewat kurir, ada juga yang mengirimkannya lewat email.
      Selama ini aku lebih sering menandantangani kontrak tanpa perlu memenemui klien langsung.

  4. dear Dina,

    may I reach you through email ?
    my email address is @gmail.com.

    thank you very much.

    sincerely,
    farin horsley

  5. Mbak Dina, saya ingin bertanya beberapa hal mengenai melamar sebagai penerjemah novel ke penerbit.
    1. Jika harus memberikan portofolio terjemahan, baiknya memberikan berapa banyak ya? Apakah boleh kalau portofolio terjemahannya itu buku yang sudah diterjemahkan ke bahasa Indonesia, tapi kita terjemahkan lagi sendiri? Ataukah portonya boleh dari terjemahan artikel?
    2. Saat menerjemahkan, apakah sebaiknya setiap kata diterjemahkan atau boleh ada yang dihilangkan karena dirasa monoton atau tidak efektif?

    Terima kasih untuk jawabannya.

  6. Mbak Dina, maaf bertanya lagi karena ada yang terlupa dalam pertanyaan sebelumnya.

    Saat memberikan portofolio kepada penerbit, perlu melampirkan teks asli dari terjemahannya kah? Kalau iya, apakah boleh dalam bentuk screenshot dari aplikasi hp karena tidak ketemu saat mencari via google? Ataukah lebih baik diketik lagi ke dalam bentuk word?

    Terima kasih untuk jawabannya, mbak.

  7. Mbak Dina, mau bertanya. Membuat portofolio terjemahan itu kayak gimana sih?
    saya pemula banget soalnya. Mohon pencerahannya 🙂

  8. Selamat sore mbak,
    Mbak saya kan punya 2 novel karya Whitney Lyles yang berjudul Love Off-Limits dan The Ex Games kalau saya ingin menejermahkan saya harus mengirimkan pengajuan ke sang author.
    Kebetulan saya mendapatkan novel tersebut dari kakak saya dan novel yang berjudul Love Off-Limits pernah saya pakai untuk bahan skripsi saya mbak.
    Nah saya pernah mencari alamat email sang author untuk mengajukan surat penawaran akuisisi tapi saya tidak menemukannya, bagaimana saya bisa menghubungi sang author ya mbak?

    1. Salam,
      Coba hubungi penerbitnya, mungkin Anda lebih beruntung.

      Dalam menerjemahkan novel, aku enggak pernah terlibat dalam pembelian hak cipta karena itu diurus oleh penerbit. Jadi, inisiatif menerjemahkan novel datang dari penerbit dengan segala pertimbangannya, termasuk pertimbangan apakah novel tersebut bakal laris atau tidak. Penerjemah bisa saja mengusulkan novel untuk diterjemahkan tetapi kecuali judul tersebut memang sudah diincar oleh penerbit, atau sudah ada dalam daftar yang akan diterbitkan, kecil kemungkinannya novel itu dipertimbangkan untuk diterjemahkan.

  9. Halo Bu Dina, apa kabar? Saya Victoria dari Universitas Jember (yang waktu itu menang & dapat novel terjemahannya ibu, hehe). Saya mau tanya-tanya sedikit soal terjemahan fiksi..

    Saya punya 1 novel terjemahan Eng-In yang mengandung unsur dialek di dalamnya, dan dialek tersebut mempengaruhi gaya bahasa yang tertulis di novel asli. Gaya bahasa tsb tidak hilang waktu diterjemahkan ke bahasa Indonesia, tapi saya rasa pendekatan budayanya yang berbeda (mengingat Indonesia punya budaya sendiri dan akan lebih baik jika hasil terjemahan juga lebih dekat dan familiar dengan pembaca dari bahasa sasaran). Yang saya mau tanyakan, strategi apa saja sih bu yang dipakai untuk menerjemahkan novel-novel seperti ini?

    I hope to hear more from you, Bu Dina 🙂

    1. Hai Victoria, kabarku baik, semoga kamu juga sehat selalu.
      Aku masih simpan fotomu di sini: https://dinabegum.com/2019/11/27/public-speaking-pengalaman-yang-ngeri-ngeri-sedap/

      Aku belum pernah mendapat terjemahan seperti itu. Kalaupun ada, aku enggak akan mengalihbahasakan dialek Yorkshire ke dialek Betawi, misalnya. Aku akan lebih memilih menerjemahkannya ke dalam Bahasa Indonesia apa adanya dengan menyisipkan sedikit informasi seperti ‘…. katanya, dalam logat Yorkshire yang kental’ padahal mungkin di teks aslinya hanya tertulis ‘s/he said‘.

      Meskipun menggoda, aku pikir kreativitas menerjemahkan dialek asing ke salah satu dialek di Indonesia tidak ada gunanya jika tidak dipahami oleh pembaca yang tidak familier dengan dialek tersebut, mengingat di Indonesia terdapat banyak sekali dialek.

      Aku akan meniru jejak mendiang bu Listiana yang menerjemahkan logat West Country-nya Hagrid.

      Mungkin penerjemah lain punya pendapat berbeda.

      1. What an answer :”) jujur saya jadi tambah bingung, karena rencananya saya mau angkat topik ini untuk skripsi saya. Di novel yang saya punya ini, saya rasa dialeknya dialihkan ke salah satu dialek di Indonesia, kurang tahu juga dialek apa. Saya berencana mewawancarai penerjemahnya, tapi saat ini masih terhambat karena belum ada kabar lagi dari pihak penerbit (Mizan).

        Anyway, terima kasih banyak bu sudah mengabadikan kegiatan kami di website ini. Saya turut senang atas pencapaian ibu sebagai public speaker! 🙂

          1. Halo Bu Dina, maaf baru balas. Novelnya berjudul Tiger’s Voyage, diterjemahkan oleh Angelic Zai Zai. Hehehe

  10. Hai kak dina… Semoga tidak keberatan menjawab ya.. Kira2 apa perbedaan antra : anggota muda, anggota penuh, dan anggota yg certified di HPI?

    1. Hai Alfina
      Anggota penuh HPI adalah penerjemah WNI yang memenuhi persyaratan sebagaimana ditetapkan dalam Anggaran Rumah Tangga.

      Anggota Muda (Junior Member), yaitu penerjemah WNI atau mereka yang berminat menjadi penerjemah dan belum berpengalaman serta memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam Anggaran Rumah Tangga.
      Sumber: http://www.hpi.or.id/keanggotaan

      Anggota yang bersertifikat adalah anggota HPI yang sudah lulus Tes Sertifikasi Nasional HPI.

        1. Setelah isi formulir dan mengikuti tahap-tahap di dalamnya, kirimkan ke sekretariat HPI. Mungkin prosesnya tidak serta merta karena diperiksa satu per satu oleh pengurus. Selain itu, pencetakan kartu anggota tidak bisa satu-satu, mungkin menunggu minimal sekian orang baru pengurus bisa mengirimkannya ke percetakan.

  11. Kak minta sarannya, menurut kakak lebih baik pilih kelas penerjemah inggris-indonesia atau indonesia-inggris? Saya masih pemula dan berniat utk menjadi penerjemah. Terima kasih kak

  12. Salam ka Dina. Mau tanya. Laptop yang digunakan untuk penerjemah baiknya yang seperti apa ya? Apakah sekelas yg bisa desain grafis? Mau ganti laptop belum tau, punya saya suka Lagging.

    1. Salam, Kak Heru.
      Laptop kerja yang baik adalah yang sesuai kebutuhan dan sesuai anggaran. Kalau enggak sering bepergian, mungkin bisa dipertimbangkan beli personal computer yang lebih hemat dengan kemampuan oke.
      Aku sih pakai software Trados Studio jadi spek komputerku kusesuaikan dengan tuntutan perangkat lunak agar kerja jadi lancar.
      Untuk peralatanku selengkapnya silakan simak: https://dinabegum.com/2016/01/27/senjata-penerjemah/

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.