Ulasan

Endorsement untuk “Laba-laba dan Jaring Kesayangannya”

Lihat Laba-laba dan Jaring Kesayangannya

“Kelucuan dan keharuan berpadu jadi satu. Sebuah kisah tentang persahabatan dan kesetiaan yang tak lekang oleh zaman.”
—Amazon.com

“Cerita yang inspiratif, menyenangkan, haru dan lucu, juga penuh cinta yang tulus. Saya mendapat banyak pelajaran dari salah satu sudut dunia: kandang binatang. Sejuntai tali pertemanan yang tulus memberikan banyak arti pada hidup ini. Hidup yang singkat, apabila tidak melakukan sesuatu yang bermakna, pasti akan terasa hampa dan membosankan. Temanlah yang memberi hidup ini warna. Hidup yang ‘tiada’ menjadi ‘ada’, lalu kembali ‘tiada’, dan memori tentang kebaikan akan terkenang abadi.”
—Sinta Ridwan, penulis buku Berteman dengan Kematian

“Kisahnya begitu elok dan banyak memberikan inspirasi. Bukan hanya layak dibaca dan dinikmati, namun juga layak untuk dijadikan bahan permenungan.”
—Damar Shashangka, penulis novel Sabda Palon

“Persahabatan antara Charlotte dan Wilbur menempati lorong tersendiri dalam memori saya. Tak pernah terlupakan setelah membacanya. Dengan mata batin, saya masih bisa melihat Wilbur berkonsultasi kepada Charlotte. Ada sesuatu yang luar biasa di sini.”
—Leonardo Rimba, penulis buku Membuka Mata Ketiga

“Teman adalah harta yang berharga, ketulusan adalah memberi dan hanya memberi. Semua ada di novel ini. Bacaan keluarga yang membuat saya mengendapkan rasa. Begitu menyentuh!”
—Kirana Kejora, penulis novel Air Mata Terakhir Bunda

“Anda akan merenung mengenai arti mukjizat dalam hidup Anda. Anda akan terkenang dengan sahabat-sahabat Anda, mereka yang pernah hadir dalam hidup Anda, membawakan mukjizat-mukjizat kecil yang tak pernah Anda sadari hadirnya. Buku ini akan memberi Anda kehangatan dan membuat Anda ingin mendekap erat para sahabat dan berbisik kepada mereka.”
—Ken Budha, penulis novel Shangri-La

“Selepas membaca buku ini, saya melupakan Descartes dan menganggukkan kepala pada pendapat Jean Paul Sastre: Saya ada, lalu saya berpikir. Dan dalam pikiran-pikiran yang lahir itu, saya malah terperangkap seperti seekor serangga di jaring laba-laba dan meronta. Di dalam perontaan itu, saya merenung, tentang etre en soi (ada dalam dirinya sendiri) atau etre pour soi (ada untuk dirinya sendiri).”
—Pringadi Abdi Surya, penulis fiksi Dongeng Afrizal

“Novel ini memukau saya tak habis-habisnya dalam setiap babnya. Saat membacanya saya bahkan tidak menyadari apakah saya ini manusia, laba-laba, babi, atau bahkan tikus. Sang penulis mampu menyuguhkan pesan-pesan universal melalui para binatang.”
—Khrisna Pabichara, penulis fiksi Mengawini Ibu

“Kisah persahabatan antara gadis kecil, babi, dan laba-laba yang menggugah. Kekuatan cerita ini justru karena kebersahajaannya. Di samping seting desa peternakan yang eksotis, juga pada kemampuan penulis memberikan ruh pada tokoh binatangnya, terutama babi, tikus, dan laba-laba, dengan dialog yang menggelitik dan cerdas.”
—Zabidi Zay Lawanglangit, penulis buku Tirakat

“Tak banyak dongeng anak dengan tokoh binatang yang mampu memikat seseorang bahkan sampai ia tumbuh dewasa. White seolah-olah menyusun sebentuk ‘fiksi hibrida’ dengan seting dunia anak dan orang dewasa sekaligus. Bagiku, White menjadi penulis yang istimewa karena ia bisa mengatasi ‘kutukan’ yang sering dialami penulis dongeng anak dan remaja: menulis kisah yang dijejali khotbah tentang moral. White membebaskan diri dari ‘kutukan’ itu melalui kisah dengan muatan imajinasi dan metafora yang dahsyat, sehingga pesan moralnya menyusup diam-diam dan tertanam kuat dalam kesadaran kita.”
—Tri Wibowo B.S., penulis novel Gunung Makrifat

“Novel ini membuat saya sangat terharu dan hampir meledak dalam tangisan. Sisi kanak-kanak saya yang sederhana dan menyenangkan serasa tersentuh kembali. Mukjizat itu ada, meski tak seperti yang kita sangka.”
—Dina Begum, penerjemah profesional

“Buku itu seperti kawan; yang baik memperkaya batin, yang buruk merusak angan-angan. Buku bersahaja yang memikat ini serupa kawan yang mencerahkan hati dan mengingatkan kita akan kekuatan cinta dalam kehidupan yang tak sempurna.”
—Anton Kurnia, penulis buku Ensiklopedia Sastra Dunia

“Inilah cerita sepanjang masa yang memberikan gambaran tentang arti persahabatan dan solidaritas. Bila para hewan dapat melakukan hal-hal mulia, seyogianya manusia pun dapat melakukan hal-hal yang sepatutnya dilakukan kepada sesamanya. Sebuah cerita yang patut dibaca siapa saja, dewasa maupun anak-anak.”
—Shinta Miranda, penulis buku Constance

“Selamat datang di dunia fabel yang melibatkan manusia sebagai latar realitas. Cerita tentang persahabatan dan kesetiaan yang sungguh mengharukan. Dengan bahasa yang komunikatif, penulisnya pintar memanfaatkan karakter binatang untuk membangun plot dan ketegangan, juga mengagumkan pengetahuannya tentang hayati. Saya terpukau dari awal hingga akhir oleh kisah yang menorehkan kesan mendalam ini.”
—Kurnia Effendi, penulis buku The Four Fingered Pianist

“Novel ini luar biasa! Sebuah kisah yang dikemas dengan sangat mengagumkan tentang petualangan seekor babi, seorang anak manusia, dan hewan lainnya yang sangat menegangkan, menghibur, dan menyenangkan. Dalam novel ini, unsur persahabatan sangat kental dan meninggalkan bekas yang mendalam bagi pembacanya. Kita akan merasa bahagia ketika menatap mata seekor babi yang menjadi begitu lucu dalam pandangan kita sekarang.”
—Bamby Cahyadi, penulis fiksi Tangan untuk Utik

“Alur ceritanya ringan, namun tanpa terasa Anda akan tertarik begitu jauh, dan tahu-tahu Anda akan mendesah dalam-dalam atau bahkan meneteskan air mata. Inilah sebuah buku yang mengajak Anda untuk merenungkan kembali makna hidup, cinta, dan persahabatan.”
—Ayu Arman, penulis buku biografi

“Membaca kisah ini seperti membaca perjalanan panjang. Mulai dari ia ada, tumbuh dan besar. Banyak makna yang kita jumpai, bukan saja soal kesetiaan tetapi tenggang rasa dan bagaimana menyelesaikan masalah. Dituturkan dengan cara sederhana tapi begitu detail. Banyak kejadian kecil yang menarik dan menggetarkan, sehingga tak terasa kita telah selesai membacanya.
—Reni Erina, Managing Editor Story Teenlit Magazine

“Saya begitu terserap oleh cerita ini sejak membaca halaman pertamanya. Saya tahu bahwa saya tidak akan melepas buku ini sebelum tamat.”
—Endah Sulwesi, editor cerita di Mizan Production

“Selama beberapa hari saya selalu menangis jika mengingat kisah ini. Terharu oleh kesetiaan Charlotte pada sahabatnya. Saya tak bisa lepas membaca begitu masuk halaman pertama.”
—Andrea Wisye Christina, sales consultant sebuah perusahaan properti

“Saya sungguh terkesan dengan cara cerdik Charlotte dalam menyelamatkan nyawa Wilbur. Lucu sekaligus mengharukan. Novel ini memberikan pelajaran kepada kita tentang tulusnya sebuah persahabatan. Tata penyampaian ceritanya pun bagus dan memantik imajinasi.”
—Webri Veliana, Management Trainee PT Merpati Nusantara Airlines

“Membaca cerita ini, saya terjebak dalam sebuah wadah. Ini bukan hewan, ini kita sendiri dan lingkungannya. Sangat baik untuk mengawal perkembangan mental anak-anak untuk terhindar dari lingkungan mereka yang keras.”
—Aang Arif Amrullah, santri NU jalanan

“Awalnya aku menganggap buku Laba-laba dan Jaring Kesayangannya, tak lebih dari sebuah fabel. Karena itu aku membacakannya pula menjelang anakku tidur. Ternyata yang kudapatkan lebih dari itu. Ini bukan fabel biasa, tetapi sebuah rangkaian kisah menarik yang memancarkan penyadaran spiritual bagi pembacanya. Dari banyaknya buku bermuatan moralitas dan spiritualitas, buku ini lebih mudah diserap dan diingat kisah demi kisah.”
—Mataharitimoer (Penulis Novel Jihad Terlarang)

2 tanggapan untuk “Endorsement untuk “Laba-laba dan Jaring Kesayangannya””

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.